Jumat, 15 Februari 2019

Dilindungi Rosario

Peristiwa Perang Dunia II yang membangkitkan ilham berikut ini, ditulis oleh Sr. Mary Sheila O'Neil dan dimuat dalam edisi Oktober-Desember 1979 Garabandal Magazine (P.O. Box 606 Lindenhurst, New York 11757 USA), juga mencetitakan kuasa rosario:

Suatu hari yang sibuk di bulan Maret. Pada tahun 1950an sebagai seorang kepala guru, aku harus memastikan bahwa setiap hari ada cukup waktu untuk dua peran yang berbeda. Pada tanggal empat Maret, suatu insiden antara seorang guru dan orangtua membuatku mangkir dari kelas nyaris selama satu jam pagi itu, sehingga sepanjang sisa hari, aku berupaya keras untuk mengejar ketinggalan waktu di kelas. Begitulah, ketukan di pintu pada pukul 2:00 siang itu tidak aku harapkan.

Dengan lega, aku dapati bahwa ternyata hanya seorang salesman yang membutuhkan tanda-tanganku dan bahkan menawarkan penanya. Sementara ia melakukannya, rosarionya menyangkut ke klip pena dan ikut keluar. Aku menandatangani seraya mengatakan acuh tak acuh, "Jadi, Anda adalah seorang Katolik." "Oh bukan," jawabnya, "tetapi banyak dari antara kami yang berhutang nyawa kepada Bunda Maria, dan aku berjanji kepadanya bahwa aku aku akan selalu membawa rosarioku dan mendaraskannya setiap hari."

Duapuluh menit kemudian, aku masih di pintu mendengarkan, dengan takjub, kisah salah satu dari pengalaman-pengalaman mengagumkan sekelompok pilot bersama Bunda Maria. Tamuku tampak ragu memulai, sebab ia memperhatikan sambutan dinginku saat membuka pintu. Tetapi, antusias mendengarkan kisahnya, aku meyakinkannya bahwa kelas sedang mengerjakan latihan, dan memintanya untuk meneruskan ceritanya. Ia pun melanjutkan:  

Waktu itu adalah bulan Mei 1940, dan kami telah bergabung dengan Angkatan Udara akhir September. Di Halifax, kepada kami diberikan suatu pelatihan intensif, sebab mereka membutuhkan kami untuk tugas luar negeri, dan bagi kami para pemuda, keseluruhan program tersebut sungguh menarik.

Kami dikelompokkan dalam skwadron- skwadron, masing-masing terdiri dari enam hingga sepuluh pesawat, dan masing-masing dilatih maneuver sebagai satu kesatuan. Karenanya ada sekitar tigapuluh hingga limapuluh orang dalam satu skwadron, bersama pemimpin skwadron yang memberikan semua perintah dan menjaga kerja kelompok dalam kesatuan.

Pada bulan Mei, kepada skwadron kami diberitahukan bahwa kami akan bertugas ke luar negeri dan akan beraksi segera. Kami akan bekerja dalam misi-misi malam hari di atas wilayah musuh hingga perang berakhir. Kami menantikan pemimpin skwadron kami yang baru, yang akan tiba dalam dua hari pada pukul 9:00 dengan pesawat militer. Sebagai seorang pejabat, kami pikir ia akan segera ke markas pejabat.

Kami melihat pesawatnya, memandangnya sekilas dari kejauhan, dan undur diri menanti hingga keesokan hari untuk "menilainya". Beberapa jam kemudian, pemimpin skwadron ini, Stan Fulton, dalam seragam lengkap, memasuki barak kami.

"Baiklah teman-teman, kita akan melewatkan jam-jam berbahaya bersama, tetapi baiklah kita berharap bahwa kita semua akan berjumpa kembali di sini ketika semua sudah usai. Ah, ada ranjang kosong dan aku lelah! Aku akan temui masing-masing kalian besok."

Seraya berkata, ia melemparkan ranselnya di sebuah ranjang atas. Pemimpin skwadron kami, seorang pejabat, tidur di sini bersama kami! Kami semua langsung suka padanya dan rasa suka kami dan hormat kami kepadanya bertumbuh setiap hari.

Malam pertama itu ia berlutut di lantai dan mendaraskan rosarionya dalam keheningan. Terperanjat, kami semua diam membisu. Ketika selesai, ia memandang kami dengan senyum bersahabat dan mengatakan, "Aku harap kalian tak berkeberatan seorang teman mendaraskan doa sebab ke mana kita pergi, kita akan membutuhkannya."

Keesokan harinya latihan maneuver, di bawah perintahnya, meyakinkan kami bahwa Fulton bukanlah sekedar pemimpin militer kami, melainkan sahabat kami. Ia salah seorang dari kami; ia tak pernah berusaha mengintimidasi kami dengan posisinya.

Malam itu, ia mengulang sesi doanya. Meski kelompok kami telah berlatih bersama setidaknya selama enam bulan, aku tidak pernah meihat seorang pun berlutut dalam doa, dan tak pernah terpikir bahwa ada orang Katolik dalam kelompok kami; tetapi pada malam ketiga tiga orang rekan mengabungkan diri bersama Fulton mendaraskan Rosario. Sebagian besar dari kami tidak mengerti, tetapi kami dengan hormat  menjaga keheningan.

Beberapa malam sesudahnya - kami adalah orang-orang yang cepat belajar - kami semua menjawab Salam Maria dan Bapa Kami. Fulton kelihatan senang, dan demikianlah kami mengakhiri setiap hari dengan doa.

Pada tanggal 1 Juni 1940 kami akan meninggalkan Halifax untuk memulai serangkaian serangan malam dari Inggris atas Jerman. Sore sebelumnya, Fulton memberikan kepada masing-masing kami seuntai Rosario.

"Kita akan berada dalam situasi-situasi sulit, tetapi, jika kalian setuju, kita akan mendaraskan Rosario. Jika kalian berjanji untuk membawa Rosario bersamamu senantiasa sepanjang hidupmu dan mendaraskannya, aku dapat menjanjikan kepada kalian bahwa Bunda Maria akan membawa kalian semua kembali dengan selamat ke Kanada."

Kami menjawab, "Pasti." Tak terbayangkan bahwa kami akan bertugas selama empat tahun, berulang kali dalam bahaya mengerikan dengan tembakan-tembakan sekeliling kami. Di saat-saat demikian, suara Fulton menggema menembus setiap pesawat, "Salam Maria…" Betapa khusuk dan tulus kami menanggapinya! Berapa ratus Rosario pastilah telah kami daraskan.

Sesudah dua tahun, tercatat bahwa kami adalah satu-satunya skwadron yang tak kehilangan sebuah pesawat atau satu nyawa sekalipun. Kami tak mengatakan apa-apa, tapi kami tahu.

Pada akhirnya, perang yang mengerikan usai sudah. Sepanjang tahun-tahun itu kami kehilangan segala rasa antusias dan jiwa petualang. Satu-satunya kepedulian kami adalah selamat! Dan kami sungguh selamat pula. Semua pulang ke Kanada pada tahun 1945, sepenuhnya yakin bahwa Bunda Maria telah memelihara kami.

Jadi, aku tiada pernah lupa membawa rosarioku bersamaku dan mendaraskannya setiap hari meski aku bukanlah seorang Katolik. Apabila aku berganti celana panjang, hal pertama yang aku pindahkan, bahkan sebelum dompetku, adalah rosarioku.


diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net

Rabu, 01 Februari 2017

Kemuliaan Maria di Surga

Santa Brigitta dari Swedia (1303-1373) beroleh anugerah penglihatan akan Sang Perawan di surga dalam kemuliaan. Ia melihat Bunda Allah, Ratu Surga, mengenakan sebuah mahkota yang tak ternilai. Rambutnya yang indah kemilau terjuntai di bahu. Sang Perawan mengenakan sebuah jubah keemasan yang cemerlang dan sehelai kerudung sebiru langit. Brigitta tenggelam ke dalam ekstasi kontemplatif, seolah suatu kehidupan batin memisahkannya dari dirinya sendiri.

Sekonyong-konyong Santo Yohanes Pembaptis muncul dan berkata kepadanya: "Dengarkan baik-baik: Aku hendak menyingkapkan makna dari semua ini kepadamu. Mahkota berarti bahwa Santa Perawan adalah Ratu dan Bunda dari Raja para malaikat. Rambutnya menandakan bahwa ia adalah yang termurni dari segala perawan dan mutlak sempurna. Kerudungnya yang berwarna biru langit menunjukkan bahwa segala hal duniawi mati baginya. Jubahnya yang keemasan melambangkan bahwa ia telah membuktikan kasih yang berkobar dan belas-kasih, baik secara lahir maupun batin.

Putranya menempatkan tujuh bunga leli pada mahkotanya: yang pertama adalah kerendahan hatinya, yang kedua adalah takut akan Allah, yang ketiga adalah ketaatannya, yang keempat kesabarannya, kelima ketenangannya; keenam kemanisannya, sebab ia manis dan memberi kepada semua yang berseru kepadanya apabila memohon sesuatu; ketujuh adalah kerahiman dalam kebutuhan: sebab apabila orang berseru kepadanya ia akan memberikan kepadanya apapun yang dibutuhkannya.

Putra Allah telah menempatkan di antara ketujuh leli ini tujuh batu mulia: yang pertama adalah keunggulan keutamaannya, sebab tiada roh yang memiliki keutamaan yang lebih tinggi dibandingkan Santa Perawan; yang kedua adalah kemurniannya yang sempurna sebab Ratu Surga begitu murni bahkan tiada noda dosa setitik pun padanya, dan tak ada setan yang pernah berhasil menemukan ketidakmurnian dalam dirinya. Ia sungguh yang termurni sebab adalah tepat Raja Kemuliaan ditempatkan hanya dalam bejana termurni yang terpilih di atas segenap para malaikat dan segenap umat manusia. Batu mulia ketiga adalah kecantikannya, sebab para kudus memuji Allah karena kecantikan BundaNya dan ini melengkapi sukacita segenap para malaikat dan para kudus. Batu mulia keempat pada mahkota mewakili kebijaksanaan Bunda Perawan sebab didandani dengan semarak dan keelokan ia dipenuhi hingga meluap dan diberkati dengan setiap hikmat Allah. Batu mulia kelima adalah kekuatannya sebab melalui Allah ia cukup kuat untuk menghancurkan dan mengenyahkan segala yang telah diciptakan. Batu mulia keenam adalah kemilau dan terangnya, sebab ia menerangi para malaikat yang matanya lebih cemerlang dari cahaya dan setan tunggang-langgang karena kecantikannya dan tiada berani menatap kemuliaannya. Batu mulia ketujuh adalah kepenuhan dari segala kebahagiaan, dari segala kemanisan rohani, yang ada dalam dirinya dengan kekayaan begitu rupa hingga tiada sukacita yang tak tumbuh darinya, pun tiada kebahagiaan yang tiada disempurnakan dengan menatap kecantikannya."

“diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net

Rabu, 04 Januari 2017

Pengajaran Yesus tentang Harta Kekayaan

PENGAJARAN YESUS TENTANG HARTA KEKAYAAN
dikutip dari Puisi Manusia-Allah, Vol. 3


Hal pertama yang hendak Aku katakan kepada kalian adalah mengenai penggunaan kekayaan secara benar, kekayaan yang diubah menjadi banyak harta di Surga oleh kehendak baik dari hamba yang setia. Harta duniawi tidak abadi. Tetapi harta Surgawi abadi. Apakah kamu sayang dengan apa yang menjadi milikmu? Apakah kamu menyesal harus mati sebab kamu tidak akan lagi dapat mengurus harta milikmu dan kamu akan harus meninggalkannya? Jika demikian, transferlah hartamu ke Surga. Kalian mungkin berkata: 'Apa yang dari dunia tidak akan masuk Surga dan Engkau telah mengajarkan kepada kami bahwa uang adalah hal terkotor di dunia. Bagaimanakah kami dapat memindahkannya ke Surga?' Tidak. Kalian tidak dapat membawa uang, sebab uang adalah materiil, masuk ke dalam Kerajaan di mana semuanya adalah rohani. Tapi kalian dapat membawa buah dari uang.
Ketika kamu memberikan uangmu kepada seorang bankir, mengapakah kamu melakukannya? Supaya dia dapat membuatnya menghasilkan bunga. Kamu tidak kehilangan uang itu, bahkan tidak untuk sementara waktu, supaya dia dapat mengembalikan kepadamu sepuluh plus satu atau bahkan lebih. Maka kamu akan bergembira dan kamu memuji si bankir. Jika tidak demikian, kamu akan berkata: 'Dia jujur, tapi dia seorang bodoh.' Dan, jika bukannya sepuluh plus satu, melainkan dia memberimu sembilan dengan mengatakan: 'Aku rugi sisanya,' maka kamu akan mencelanya dan mengirimnya ke penjara. Apakah buah dari uang? Apakah si bankir menanam uangmu dan menyiraminya untuk membuatnya tumbuh? Tidak. Buahnya dihasilkan melalui pengelolaan bisnis yang cakap, sehingga melalui hipotek dan pinjaman dengan bunga, uang bertambah sejumah premi yang ditetapkan secara tepat bagi peminjaman emas itu. Tidakkah demikian?  
Sekarang dengarkanlah. Allah memberimu kekayaan duniawi. Kepada sebagian orang Ia memberikan banyak, kepada sebagian lainnya hanya sebanyak yang mereka butuhkan untuk hidup, dan Ia berkata kepada kalian: 'Sekarang terserah padamu. Aku telah memberikannya padamu. Perolehlah melalui sarana ini suatu hasil seperti yang diinginkan kasih-Ku demi kebaikanmu sendiri. Aku telah mempercayakan padamu kekayaan itu, tapi bukan supaya kamu menjadikannya yang jahat. Buatlah kekayaanmu menghasilkan bunga, bagi Tanahair sejati, baik sebab reputasi yang Aku percayakan padamu, maupun demi rasa syukurmu atas anugerah-Ku.'
Dan inilah metode untuk mendapatkan hasil itu.
Janganlah menimbun hartamu di dunia, hidup demi harta, menjadi keji demi harta, dikutuk oleh sesamamu dan oleh Allah karena harta. Itu tidak sepadan nilainya. Harta tidak pernah aman di bumi ini. Para pencuri dapat selalu merampokmu. Api dapat selalu memusnahkan rumahmu. Penyakit tanaman dan hewan dapat membinasakan ternak dan kebun-kebun buah-buahan. Betapa banyak hal dapat merentankan harta milikmu! Entah itu real estate dan harta yang tak terbantahkan, seperti rumah dan emas; entah itu materiil yang dapat rusak, seperti segala makhluk hidup, tanam-tanaman dan hewan, atau pakaian-pakaian mahal, semua itu dapat rusak. Halilintar, api dan banjir dapat memusnahkan rumah; para pencuri, hama, musim kemarau, hewan pengerat dan serangga dapat merusakkan ladang-ladang; penyakit menular, demam, cacat, wabah dapat membinasakan ternak; ngengat dan tikus dapat merusakkan kain-kain mahal dan perabotan mahal; oksidasi dapat mengkaratkan vas, kandelar dan gerbang-berbang artistik; semuanya rentan terhadap kerusakan.
Akan tetapi jika kalian mengubah kekayaan duniawi menjadi kebaikan rohani, maka kekayaan itu akan menjadi bebas dari segala kerusakan oleh waktu, manusia dan bencana. Timbunlah hartamu di Surga, di mana para pencuri tak dapat membongkarnya, dan di mana tak ada bencana terjadi. Bekerjalah dengan cinta belas-kasihan untuk segala kemalangan dunia. Kamu dapat membelai uangmu dan menciumnya jika kamu kehendaki, kamu dapat bersukacita atas panen berlimpah, atas kebun-kebun anggur yang sarat dengan buah, atas pohon-pohon zaitun yang tak terhitung banyaknya yang merunduk dahan-dahannya dengan buah-buah zaitun, dan atas kawanan domba dengan puting-puting susu yang bernas. Kamu dapat bersukacita atas semua itu, tapi tidak dengan suatu cara yang mandul atau cara manusia. Bersukacitalah dengan kasih dan kekaguman, dengan sukacita dan pengharapan rohani.
'Terima kasih, Allah-ku, atas uang ini, atas panenan, tanam-tanaman, kawanan domba ini dan atas usaha ini! Terima kasih, domba-domba, tanam-tanaman, padang-padang rumput, usaha, yang melayani aku dengan sangat baik. Semoga kalian semua diberkati, sebab melalui kebaikan-Mu, ya Bapa Yang Kekal, dan melalui kalian, wahai semua milikku, aku dapat melakukan sangat banyak kebaikan kepada mereka yang lapar, atau telanjang, tanpa rumah, sakit, sebatang kara… Tahun lalu aku melakukannya untuk sepuluh orang. Tahun ini, sebab aku punya lebih banyak uang - meski aku memberikan banyak juga sebagai amal kasih - dan panenan lebih berlimpah dan kawanan lebih besar jumlahnya - aku akan memberi dua kali, tiga kali lipat dari tahun kemarin. Sehingga semua orang, juga mereka yang dari diri mereka sendiri tidak memiliki kekayaan, dapat ikut ambil bagian dalam sukacitaku dan bersamaku memberkati Allah Yang Kekal.' Inilah doa seorang benar. Doa yang digabungkan dengan perbuatan-perbuatanmu, mentransfer kekayaanmu ke Surga, dan bukan hanya memeliharanya abadi untukmu, melainkan kamu akan mendapatinya bertambah oleh buah kudus dari kasih.  
Timbunlah hartamu di Surga supaya hatimu juga ada di sana, di atas dan melampaui resiko di mana bukan hanya emasmu, rumahmu, ladangmu dan kawanan ternakmu dapat menderita kerusakan, melainkan hatimu sendiri dapat diserang dan dirampok, berkarat, terbakar dan dibunuh oleh roh dunia. Jika kamu melakukan itu, kamu akan memiliki hartamu dalam hatimu sebab kamu akan memiliki Allah dalam dirimu hingga hari terberkati ketika kamu akan ada dalam Dia. 

sumber: http://www.indocell.net/yesaya/

Selasa, 03 Januari 2017

Katekese tentang Kesombongan

Katekese tentang Kesombongan
Santo Yohanes Maria Vianney


Kesombongan adalah dosa terkutuk yang menyebabkan para malaikat terusir dari surga, serta dilemparkan ke dalam neraka. Dosa ini dimulai dengan dunia. Lihatlah, anak-anakku, kita berdosa dengan kesombongan kita dalam banyak hal. Seseorang mungkin menyombongkan diri karena pakaiannya, karena bahasanya, karena gerakan tubuhnya, bahkan karena gayanya berjalan. Sebagian orang, ketika mereka berada di jalan, berjalan dengan angkuhnya, seolah-olah hendak mengatakan kepada orang-orang yang berpapasan dengan mereka, “Lihatlah betapa tingginya, betapa gagahnya aku, betapa indahnya gerak langkahku!” Sebagian lagi, ketika mereka telah melakukan suatu perbuatan baik, tidak akan pernah bosan membicarakannya; dan jika mereka gagal dalam suatu hal, mereka akan menderita sebab mereka pikir orang-orang akan berpendapat buruk tetang mereka…. sebagian lagi menyesal terlihat sedang bersama orang miskin, jika mereka berjumpa dengan seseorang yang terkemuka; mereka selalu mencari teman dari kalangan berada…jika secara kebetulan, mereka mendapat perhatian dari orang-orang terkenal, mereka akan membanggakannya serta menyombongkan diri. Sebagian lagi menyombongkan diri karena perkataan mereka. Ketika hendak berjumpa dengan orang-orang kaya, mereka memikir-mikirkan terlebih dahulu apa yang hendak mereka katakan, mereka belajar tata bahasa yang halus, dan jika mereka melakukan kesalahan dengan satu kata saja, mereka akan merasa sangat jengkel, sebab mereka takut akan ditertawakan orang. Tetapi, anak-anakku, tidak demikian halnya dengan seseorang yang rendah hati …….. tidak peduli apakah ia ditertawakan atau dijunjung tinggi, atau dipuji, atau dipersalahkan, apakah ia dihormati atau dipandang hina, apakah orang memberikan perhatian kepadanya atau mengacuhkannya, semuanya sama saja baginya.


Anak-anakku, ada juga orang-orang yang memberikan derma dalam jumlah besar, agar mereka diingat dan dikenang dengan baik - bukan begitu. Orang-orang itu tidak akan menuai hasil dari perbuatan-perbuatan baik mereka. Sebaliknya, derma mereka akan berubah menjadi dosa. Kita membubuhkan kesombongan dalam segala hal bagaikan garam saja. Kita senang jika perbuatan-perbuatan baik kita diketahui orang. Jika kebaikan-kebaikan kita dilihat orang, kita merasa senang; sebaliknya jika kelemahan-kelemahan kita diketahui orang, kita merasa sedih. Aku katakan bahwa sebagian besar orang; jika seseorang mengatakan sesuatu tentang kelemahan mereka, hal itu akan mengganggu mereka, akan menjengkelkan mereka. Para kudus tidaklah demikian - mereka justru tidak suka jika kebaikan-kebaikan mereka diketahui orang, dan merasa senang jika kelemahan-kelemahan mereka diketahui orang. Seseorang yang sombong merasa bahwa segala sesuatu yang ia lakukan selalu baik; ia selalu ingin menguasai orang lain; ia selalu benar, ia selalu berpikir bahwa pendapatnya sendiri lebih baik daripada pendapat orang lain. Bukan begitu! Seseorang yang rendah hati dan terpelajar, jika dimintai pendapatnya, akan segera memberikannya, dan kemudian membiarkan yang lain berbicara. Tidak peduli apakah mereka benar, atau apakah mereka salah, ia tidak akan mengatakan apa-apa lagi.


Ketika St. Aloysius Gonzaga masih seorang siswa, ia tidak pernah mencari-cari alasan jika ia dipersalahkan karena apapun; ia menyatakan pendapatnya, dan tidak merepotkan diri lebih jauh tentang pendapat orang lain; jika ia salah, ia mengaku salah; jika ia benar, ia mengatakan kepada dirinya sendiri, “Tentulah aku melakukan kesalahan di waktu lalu.” Anak-anakku, para kudus sepenuhnya mati bagi diri mereka sendiri, sehingga mereka tidak terlalu ambil peduli apakah orang lain sependapat dengan mereka. Orang-orang di dunia mengatakan, “Oh, para kudus itu adalah orang-orang bodoh!” Ya, mereka bodoh akan hal-hal duniawi; tetapi mereka bijaksana akan hal-hal Tuhan. Mereka tidak mengerti sama sekali mengenai hal-urusan duniawi, sebab mereka memandangnya sebagai urusan yang remeh, sehingga mereka tidak memberikan perhatian kepadanya.


Kesombongan adalah pendapat yang tidak benar akan diri kita sendiri, pemikiran yang tidak benar akan yang bukan diri kita. Seseorang yang sombong selalu memperolok dirinya sendiri, dengan tujuan agar orang lain semakin memujinya. Semakin seseorang yang sombong merendahkan dirinya, semakin banyak ia mengharapkan puji-pujian atas kesia-siaannya yang menyedihkan itu. Ia menghubung-hubungkan apa yang telah ia lakukan, dan apa yang tidak ia lakukan; ia memenuhi khayalannya dengan apa-apa yang telah dikatakan orang untuk memuji dirinya, dan dengan segala daya upaya berusaha untuk memperoleh lebih banyak pujian; ia tidak akan pernah puas dengan pujian. Lihatlah, anak-anakku, jika kalian menunjukkan sedikit saja ketidaksenangan terhadap seseorang yang telah menghambakan dirinya kepada cinta diri, maka ia akan marah dan menyalahkan kalian akan keacuhan serta ketidakadilan kalian terhadapnya… Anak-anakku, kita ini adalah kita yang sebenar-benarnya hanya dalam pandangan Tuhan, dan tidak lebih. Apakah kurang jelas dan kurang nyata bahwa kita ini bukan apa-apa, bahwa kita ini tidak dapat melakukan apa-apa, bahwa kita ini amat malang? Dapatkah kita melupakan dosa-dosa kita dan berhenti merendahkan diri kita sendiri?


Jika kita menyadari keadaan kita yang sesungguhnya, kerendahan hati akan merupakan hal yang mudah bagi kita, dan iblis kesombongan tidak akan mempunyai tempat lagi di hati kita. Lihatlah, hari-hari kita bagaikan rumput - bagaikan rumput yang sekarang menghijau di padang, dan akan segera layu dan mati; bagaikan biji jagung yang segar hanya sesaat dan akan segera kering terbakar matahari. Sesungguhnya, anak-anakku, hari ini kita hidup dan kesehatan kita prima, esok hari, kematian mungkin memungut kita serta menuai kita, seperti kalian memungut jagung kalian serta menuai ladang kalian… Apa yang tampaknya kuat, yang hebat, yang indah, sifatnya hanya sementara saja …..Kemuliaan dunia ini, masa muda, kehormatan, kekayaan, semuanya berlalu demikian cepat, secepat bunga-bunga rumput, secepat bunga-bunga di padang …. Marilah kita merenungkan bahwa suatu hari nanti kita akan menjadi debu, kita akan dilemparkan kedalam api bagaikan rumput kering, jika kita tidak takut akan Allah yang baik.        


Umat Kristiani yang saleh tahu benar akan hal in, anak-anakku; oleh karena itu mereka tidak menyibukkan diri mereka sendiri dengan tubuh mereka, mereka memandang rendah hal-hal duniawi, mereka memikirkan hanya jiwa mereka dan bagaimana mempersatukan jiwa mereka itu dengan Tuhan. Dapatkah kita menyombongkan diri di hadapan teladan-teladan kerendahan hati dan kehinaan diri yang ditunjukkan Kristus kepada kita, dan tetap ditunjukkan-Nya kepada kita setiap hari? Yesus Kristus datang ke dunia, menjelma menjadi manusia, dilahirkan miskin, hidup miskin, wafat di salib, dengan diapit dua penyamun…    Ia mengadakan Sakramen yang amat mengagumkan, di mana Ia berkomunikasi dengan kita dalam rupa Ekaristi; dan dalam Sakramen ini Ia mengalami kehinaan diri yang paling luarbiasa. Dengan tinggal senantiasa dalam tabernakel kita, Ia ditinggalkan, Ia disalahmengerti oleh orang-orang yang tidak tahu berterima kasih; namun demikian Ia tetap senantiasa mengasihi kita, tetap melayani kita dalam Sakramen Mahakudus.


Oh, anak-anakku! Betapa suatu teladan kehinaan diri yang telah ditunjukkan oleh Yesus yang baik kepada kita! Pandanglah Dia yang Tersalib, di mana dosa-dosa kitalah yang telah menyalibkan-Nya; Pandanglah Dia: Ia memanggil kita serta berkata kepada kita, “Datanglah kepada-Ku dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati.” Betapa baiknya para kudus memahami undangan ini, anak-anakku! Oleh sebab itu, mereka semua mencari kehinaan diri dan penderitaan. Jadi, seturut teladan mereka, janganlah kita takut direndahkan dan dihina. St. Yohanes dari Tuhan, pada awal pertobatannya, berpura-pura gila, lari ke jalanan dengan diikuti orang banyak yang melemparinya dengan batu; ia selalu datang berbalut lumpur dan darah. Ia dikurung sebagai orang gila; cara pengobatan yang paling kejam dilakukan untuk menyembuhkan penyakitnya yang hanya tipuan belaka; dan ia menanggung semuanya itu dengan semangat tobat, dan dengan semangat silih atas dosa-dosanya di masa silam. Allah yang baik, anak-anakku, tidak menghendaki hal-hal yang luar biasa dari kita. Ia hanya menghendaki agar kita lemah lembut, rendah hati dan bersahaja, maka kita akan senantiasa menyenangkan hati-Nya; kita akan menjadi seperti anak-anak kecil; dan Ia akan menganugerahkan kepada kita rahmat untuk datang kepada-Nya dan menikmati kebahagiaan para kudus.

sumber: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

Katekese tentang Ketidakmurnian

Katekese tentang Ketidakmurnian
Santo Yohanes Maria Vianney


Agar kita dapat memahami betapa mengerikan serta menjijikkannya dosa ini, - yang para iblis membujuk kita agar melakukannya, namun mereka sendiri tidak melakukannya - patutlah kita ingat siapa itu seorang Kristiani. Seorang Kristiani diciptakan menurut gambar Allah dan ditebus dengan Darah Allah! Seorang Kristiani adalah anak Allah, saudara Allah, ahli waris Allah! Seorang Kristiani, yang tubuhnya adalah bait Roh Kudus, itulah yang dicemarkan oleh dosa. Kita diciptakan agar suatu hari kelak kita tinggal di surga, tetapi apabila kita begitu malang sehingga terjerumus ke dalam dosa ini, maka kita menjadi sarang iblis. Tuhan kita mengatakan bahwa tak suatupun yang tidak murni akan masuk ke dalam kerajaan-Nya. Sungguh, bagaimana mungkin suatu jiwa yang bergelimang dalam kecemaran dapat tampil di hadapan Tuhan Allah yang begitu murni dan begitu kudus?

Kita semua bagaikan cermin-cermin kecil di mana Tuhan melihat DiriNya Sendiri. Bagaimana kalian dapat berharap Tuhan mengenali citra-Nya dalam suatu jiwa yang cemar? Ada jiwa-jiwa yang begitu mati, begitu busuk, hingga mereka bergelimang dalam kecemaran mereka tanpa menyadarinya, dan tak lagi dapat membersihkan diri dari kecemarannya itu; segalanya menghantar mereka kepada kejahatan, segalanya membuat mereka berpikir tentang kejahatan, bahkan hal-hal yang terkudus sekalipun; kejijikan ini senantiasa ada di hadapan mata mereka; bagaikan binatang najis yang biasa berkubang dalam kotoran, ia bahagia tinggal di sana, ia bergulung-gulung di sana dan tidur di sana, ia mendengkur dalam lumpur; orang-orang macam ini menjadi obyek kengerian bagi mata Tuhan dan para malaikat kudus. Lihatlah, anak-anakku, Tuhan kita dimahkotai duri demi menyilih dosa-dosa kesombongan kita; tetapi demi dosa terkutuk ini, Ia didera dan dicabik-cabik hingga berkeping-keping, sebab Ia Sendiri mengatakan bahwa setelah penderaan segala tulang-tulang-Nya dapat dihitung.

Wahai anak-anakku, andai tak ada jiwa-jiwa murni di sana sini yang melakukan silih di hadapan Allah yang baik dan meredakan murka-Nya, kalian akan melihat bagaimana sepantasnya kita dihukum! Sebab sekarang, dosa macam ini telah begitu biasa dilakukan di dunia, hingga cukup membuat orang gemetar karenanya. Anak-anakku, orang dapat mengatakan bahwa neraka memuntahkan kejijikannya ke atas bumi, bagaikan cerobong mesin uap mengepulkan asap. Iblis melakukan apa saja yang ia dapat guna mencemarkan jiwa kita, padahal jiwa kita adalah segalanya…. tubuh kita hanyalah setumpuk daging yang fana: pergilah ke makam untuk melihat apa yang kalian cintai, jika yang kalian cintai itu adalah tubuh kalian. Seperti telah seringkali aku katakan, tak ada suatupun yang lebih hina dari jiwa yang cemar. Suatu ketika adalah seorang kudus yang memohon kepada Allah yang baik untuk memperlihatkan kepadanya suatu jiwa yang cemar; dan ia melihat jiwa yang malang itu bagaikan seekor binatang liar yang mati, yang diseret melintasi jalan-jalan di bawah terik matahari selama seminggu.

Hanya dengan memandang seseorang, kita akan tahu apakah ia seorang yang murni. Dari matanya terpancar kejujuran dan kerendahan hati yang menghantarmu kepada Allah yang baik. Sebaliknya, sebagian orang tampak terbakar oleh nafsu…. Setan menempatkan dirinya ke dalam mata mereka untuk membuat yang lain jatuh dan menghantar mereka pada kejahatan. Mereka yang telah kehilangan kemurnian bagaikan sehelai kain yang terkena noda minyak; kalian dapat mencuci dan mengeringkannya, namun noda itu senantiasa akan muncul kembali: sehingga sungguh dibutuhkan suatu mukjizat untuk membersihkan suatu jiwa yang cemar.

sumber: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

Senin, 02 Januari 2017

Katekese tentang Nafsu Berahi

Katekese tentang Nafsu Berahi
Santo Yohanes Maria Vianney


Nafsu berahi adalah cinta akan kenikmatan yang bertentangan dengan kemurnian.

Anak-anakku, tak ada satu dosa pun yang merusak serta membinasakan suatu jiwa secepat dosa yang memalukan ini; dosa ini merenggut kita dari tangan Allah yang baik dan mencampakkan kita bagaikan sebuah kerikil ke dalam jurang lumpur dan kebinasaan. Begitu terjerumus ke dalam lumpur ini, kita tak dapat keluar, kita membuat lubang yang semakin dalam setiap hari, kita tenggelam semakin dan semakin dalam. Lalu kita kehilangan iman, kita menertawakan kebenaran-kebenaran agama, kita tak lagi melihat surga, kita tak takut neraka. Wahai anak-anakku! betapa banyak mereka yang patut dikasihani oleh sebab menyerahkan diri ke dalam nafsu ini! Betapa celakanya mereka! Jiwa mereka, yang dulu begitu indah, yang menarik mata Allah yang baik, di mana Tuhan menghampirinya bagaikan seorang menghampiri sekuntum mawar yang harum semerbak, sekarang telah menjadi bangkai yang busuk, yang bau busuknya membumbung bahkan hingga ke tahta-Nya….

Lihatlah, anak-anakku! Yesus Kristus menanggung dengan sabar di antara para rasul-Nya, orang-orang yang sombong, ambisius, tamak - bahkan seorang yang menghianati-Nya; tetapi Ia tak dapat tahan akan noda kecemaran sekecil apapun pada diri mereka; dari segala dosa, dosa inilah yang paling menjijikkan-Nya, “RohKu tidak tinggal dalam engkau,” kata Tuhan, “jika engkau tak lain dari sekedar daging dan kebinasaan.” Tuhan menyerahkan mereka yang cemar pada segala kecondongan hatinya yang jahat. Ia membiarkannya berkubang di sana, bagaikan babi yang najis berkubang dalam lumpur, dan bahkan tak membiarkannya mencium baunya sendiri yang menusuk hidung…. Seorang yang tak tahu adat memuakkan orang lain tanpa ia sendiri menyadarinya. Tuhan telah menempatkan tanda kehinaan pada dahinya, dan ia tak merasa malu; wajahnya kaku bagai dari kuningan dan hatinya beku bagai dari perunggu; sia-sialah engkau berbicara kepadanya tentang kehormatan, tentang keutamaan; sebab ia penuh kesombongan dan kecongkakan. Kebenaran-kebenaran kekal, kematian, pengadilan, Firdaus, neraka, tak satu pun yang menggentarkannya, tak suatupun yang dapat menggerakkan hatinya. Jadi, anak-anakku, dari segala dosa, dosa kecemaran adalah yang paling sulit dilenyapkan. Dosa-dosa lain menjadi rantai besi bagi kita, tetapi dosa ini menjadi kulit badak bagi kita, yang tak dapat disobek maupun dikoyakkan; ia adalah api, tungku api yang melahap bahkan hingga ke usia yang paling renta sekalipun. Lihatlah dua tua bangka keji yang berusaha mencemarkan kemurnian Susana; mereka memendam api berahi dari masa muda mereka bahkan hingga mereka renta. Ketika tubuh mereka telah dirusakkan oleh tindakan asusila, ketika mereka tak lagi dapat memuaskan hawa nafsu mereka, mereka memuaskan nafsu berahi mereka, oh, betapa memalukan! dengan hasrat-hasrat hina dan bayangan-bayangan yang cemar.

Dengan satu kaki di liang kubur, mereka masih berbicara tentang hasrat berahi hingga napas mereka berakhir; mereka mati sebagaimana mereka telah hidup, tanpa sesal; sebab silih apakah yang dapat dilakukan oleh mereka yang cemar, kurban apakah yang dapat meringankan dirinya di ranjang maut, bagi dia yang sepanjang hidupnya senantiasa menyerahkan diri pada hawa nafsunya? Dapatkah kita pada detik-detik terakhir hidupnya mengharapkan ia menerima pengakuan dosa yang baik, menyambut Komuni Kudus dengan pantas, ia yang telah memendam dosa-dosa yang menjijikkan ini, mungkin, sejak dari masa mudanya - ia, yang telah menumpuk sakrilegi di atas sakrilegi? Akankah bibir, yang terkatup rapat hingga saat ini, tiba-tiba dapat terbuka pada saat-saat terakhir? Tidak, tidak, anak-anakku; Tuhan telah meninggalkannya; terlalu banyak lembaran-lembaran hitam yang menimbunnya; dan ia akan menambahkannya dengan yang lain, hingga saat yang terakhir ….

Sumber: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

Jumat, 23 Desember 2016

APA BEDA SAKRAMEN PERKAWINAN DAN PEMBERKATAN PERKAWINAN?


Sakramen Perkawinan adalah janji perkawinan yang saling diberikan dan dijalankan oleh dua orang yang dibaptis dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Mereka berjanji setia satu sama lain sampai maut memisahkan mereka, dan mereka berjanji saling menghormati dan mencintai, dengan modelnya adalah Tuhan Yesus Kristus yang mencintai secara total umat manusia (modelnya bukan artis atau manusia yang mencintai Tuhan, tapi Tuhan yang mencintai umat manusia seluruhnya).
Pemberkatan Perkawinan adalah janji perkawinan yang saling diberikan oleh seorang dibaptis dan tidak dibaptis di hadapan dua saksi awam dan seorang imam. Inti isi janjinya sama: setia sampai maut memisahkan, saling mencintai dan menghormati. Hanya modelnya yang berbeda karena yang Katolik akan memakai model Yesus yang mencintai, sedangkan pasangan lain memakai model menurut iman mereka masing-masing (pasangan Islam memakai Muhammad atau orang tuanya sebagai model, Budhis memakai Budha atau orang tuanya sebagai model, dst). Pernikahan beda agama demikian tidak menjadi sakramen karena pihak yang tidak Katolik tidak atau belum mengimani diri sendiri sebagai tanda dan sarana keselamatan Allah bagi pasangannya, bahkan dia tidak/belum percaya pada sakramen itu. Kalau pihak non-Katolik kemudian hari menjadi Katolik dan percaya bahwa dirinya adalah sakramen, maka perkawinan mereka otomatis menjadi sakramen, tidak perlu ada pembaruan pernikahan beda agama yang telah mereka lakukan di gereja.
Yang paling berbeda antara upacara sakramen dengan pemberkatan adalah pertanyaan penyelidikan atas kesediaan pasangan, rumusan janji, doa dari imam, juga pihak non-Katolik tentu saja tidak diwajibkan untuk berdoa secara Katolik.
Tatacara pemberkatan pernikahan akan dijelaskan dalam Kursus Persiapan Perkawinan. Intinya adalah pasangan masing-masing menjawab beberapa pertanyaan mengenai keikhlasan hati untuk melangsungkan perkawinan, mereka mengucapkan janji perkawinan dengan intinya adalah kesetiaan, saling mengasihi dan menghormati sampai kematian memisahkan, pengesahan perkawinan oleh imam, doa pemberkatan oleh imam bagi pasangan itu, pengenaan cincin tanda cinta dan kesetiaan, penandatanganan dokumen perkawinan. 
Tidak ada tatacara yang membuat orang non-Katolik menjadi orang Katolik secara tidak langsung, karena orang non-Katolik bersama yang Katolik akan menyusun teks upacara perkawinan dan pihak non-Katolik tidak harus mengucapkan doa-doa orang Katolik. Maka tatacara itu tidak akan mengganggu iman masing-masing. Yang mengganggu biasanya justru kalau pernikahan itu dilangsungkan di mesjid karena pihak Katolik harus mengucapkan syahadat, atau di beberapa gereja protestan karena pihak Katolik harus dibaptis secara protestan. Perkawinan adalah peristiwa sadar dan terencana, maka tidak ada yang disembunyikan dari pihak Katolik. Bahkan orang Katolik yang berjanji mendidik anak secara Katolik pun janjinya diketahui pihak non-Katolik.

cc dari:
http://www.algonz.org/front/artikel/katekese/perkawinan/639-apa-beda-sakramen-perkawinan-dan-pemberkatan-perkawinan