Senin, 02 Januari 2017

Katekese tentang Nafsu Berahi

Katekese tentang Nafsu Berahi
Santo Yohanes Maria Vianney


Nafsu berahi adalah cinta akan kenikmatan yang bertentangan dengan kemurnian.

Anak-anakku, tak ada satu dosa pun yang merusak serta membinasakan suatu jiwa secepat dosa yang memalukan ini; dosa ini merenggut kita dari tangan Allah yang baik dan mencampakkan kita bagaikan sebuah kerikil ke dalam jurang lumpur dan kebinasaan. Begitu terjerumus ke dalam lumpur ini, kita tak dapat keluar, kita membuat lubang yang semakin dalam setiap hari, kita tenggelam semakin dan semakin dalam. Lalu kita kehilangan iman, kita menertawakan kebenaran-kebenaran agama, kita tak lagi melihat surga, kita tak takut neraka. Wahai anak-anakku! betapa banyak mereka yang patut dikasihani oleh sebab menyerahkan diri ke dalam nafsu ini! Betapa celakanya mereka! Jiwa mereka, yang dulu begitu indah, yang menarik mata Allah yang baik, di mana Tuhan menghampirinya bagaikan seorang menghampiri sekuntum mawar yang harum semerbak, sekarang telah menjadi bangkai yang busuk, yang bau busuknya membumbung bahkan hingga ke tahta-Nya….

Lihatlah, anak-anakku! Yesus Kristus menanggung dengan sabar di antara para rasul-Nya, orang-orang yang sombong, ambisius, tamak - bahkan seorang yang menghianati-Nya; tetapi Ia tak dapat tahan akan noda kecemaran sekecil apapun pada diri mereka; dari segala dosa, dosa inilah yang paling menjijikkan-Nya, “RohKu tidak tinggal dalam engkau,” kata Tuhan, “jika engkau tak lain dari sekedar daging dan kebinasaan.” Tuhan menyerahkan mereka yang cemar pada segala kecondongan hatinya yang jahat. Ia membiarkannya berkubang di sana, bagaikan babi yang najis berkubang dalam lumpur, dan bahkan tak membiarkannya mencium baunya sendiri yang menusuk hidung…. Seorang yang tak tahu adat memuakkan orang lain tanpa ia sendiri menyadarinya. Tuhan telah menempatkan tanda kehinaan pada dahinya, dan ia tak merasa malu; wajahnya kaku bagai dari kuningan dan hatinya beku bagai dari perunggu; sia-sialah engkau berbicara kepadanya tentang kehormatan, tentang keutamaan; sebab ia penuh kesombongan dan kecongkakan. Kebenaran-kebenaran kekal, kematian, pengadilan, Firdaus, neraka, tak satu pun yang menggentarkannya, tak suatupun yang dapat menggerakkan hatinya. Jadi, anak-anakku, dari segala dosa, dosa kecemaran adalah yang paling sulit dilenyapkan. Dosa-dosa lain menjadi rantai besi bagi kita, tetapi dosa ini menjadi kulit badak bagi kita, yang tak dapat disobek maupun dikoyakkan; ia adalah api, tungku api yang melahap bahkan hingga ke usia yang paling renta sekalipun. Lihatlah dua tua bangka keji yang berusaha mencemarkan kemurnian Susana; mereka memendam api berahi dari masa muda mereka bahkan hingga mereka renta. Ketika tubuh mereka telah dirusakkan oleh tindakan asusila, ketika mereka tak lagi dapat memuaskan hawa nafsu mereka, mereka memuaskan nafsu berahi mereka, oh, betapa memalukan! dengan hasrat-hasrat hina dan bayangan-bayangan yang cemar.

Dengan satu kaki di liang kubur, mereka masih berbicara tentang hasrat berahi hingga napas mereka berakhir; mereka mati sebagaimana mereka telah hidup, tanpa sesal; sebab silih apakah yang dapat dilakukan oleh mereka yang cemar, kurban apakah yang dapat meringankan dirinya di ranjang maut, bagi dia yang sepanjang hidupnya senantiasa menyerahkan diri pada hawa nafsunya? Dapatkah kita pada detik-detik terakhir hidupnya mengharapkan ia menerima pengakuan dosa yang baik, menyambut Komuni Kudus dengan pantas, ia yang telah memendam dosa-dosa yang menjijikkan ini, mungkin, sejak dari masa mudanya - ia, yang telah menumpuk sakrilegi di atas sakrilegi? Akankah bibir, yang terkatup rapat hingga saat ini, tiba-tiba dapat terbuka pada saat-saat terakhir? Tidak, tidak, anak-anakku; Tuhan telah meninggalkannya; terlalu banyak lembaran-lembaran hitam yang menimbunnya; dan ia akan menambahkannya dengan yang lain, hingga saat yang terakhir ….

Sumber: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar