dikutip dari Puisi Manusia-Allah, Vol. 3
Hal pertama
yang hendak Aku katakan kepada kalian adalah mengenai penggunaan
kekayaan secara benar, kekayaan yang diubah menjadi banyak harta di
Surga oleh kehendak baik dari hamba yang setia. Harta duniawi tidak
abadi. Tetapi harta Surgawi abadi. Apakah kamu sayang dengan apa yang
menjadi milikmu? Apakah kamu menyesal harus mati sebab kamu tidak akan
lagi dapat mengurus harta milikmu dan kamu akan harus meninggalkannya?
Jika demikian, transferlah hartamu ke Surga. Kalian mungkin berkata:
'Apa yang dari dunia tidak akan masuk Surga dan Engkau telah mengajarkan
kepada kami bahwa uang adalah hal terkotor di dunia. Bagaimanakah kami
dapat memindahkannya ke Surga?' Tidak. Kalian tidak dapat membawa uang,
sebab uang adalah materiil, masuk ke dalam Kerajaan di mana semuanya
adalah rohani. Tapi kalian dapat membawa buah dari uang.
Ketika kamu
memberikan uangmu kepada seorang bankir, mengapakah kamu melakukannya?
Supaya dia dapat membuatnya menghasilkan bunga. Kamu tidak kehilangan
uang itu, bahkan tidak untuk sementara waktu, supaya dia dapat
mengembalikan kepadamu sepuluh plus satu atau bahkan lebih. Maka kamu
akan bergembira dan kamu memuji si bankir. Jika tidak demikian, kamu
akan berkata: 'Dia jujur, tapi dia seorang bodoh.' Dan, jika bukannya
sepuluh plus satu, melainkan dia memberimu sembilan dengan mengatakan:
'Aku rugi sisanya,' maka kamu akan mencelanya dan mengirimnya ke
penjara. Apakah buah dari uang? Apakah si bankir menanam uangmu dan
menyiraminya untuk membuatnya tumbuh? Tidak. Buahnya dihasilkan melalui
pengelolaan bisnis yang cakap, sehingga melalui hipotek dan pinjaman
dengan bunga, uang bertambah sejumah premi yang ditetapkan secara tepat
bagi peminjaman emas itu. Tidakkah demikian? Sekarang dengarkanlah. Allah memberimu kekayaan duniawi. Kepada sebagian orang Ia memberikan banyak, kepada sebagian lainnya hanya sebanyak yang mereka butuhkan untuk hidup, dan Ia berkata kepada kalian: 'Sekarang terserah padamu. Aku telah memberikannya padamu. Perolehlah melalui sarana ini suatu hasil seperti yang diinginkan kasih-Ku demi kebaikanmu sendiri. Aku telah mempercayakan padamu kekayaan itu, tapi bukan supaya kamu menjadikannya yang jahat. Buatlah kekayaanmu menghasilkan bunga, bagi Tanahair sejati, baik sebab reputasi yang Aku percayakan padamu, maupun demi rasa syukurmu atas anugerah-Ku.'
Dan inilah metode untuk mendapatkan hasil itu.
Janganlah menimbun hartamu di dunia, hidup demi harta, menjadi keji demi harta, dikutuk oleh sesamamu dan oleh Allah karena harta. Itu tidak sepadan nilainya. Harta tidak pernah aman di bumi ini. Para pencuri dapat selalu merampokmu. Api dapat selalu memusnahkan rumahmu. Penyakit tanaman dan hewan dapat membinasakan ternak dan kebun-kebun buah-buahan. Betapa banyak hal dapat merentankan harta milikmu! Entah itu real estate dan harta yang tak terbantahkan, seperti rumah dan emas; entah itu materiil yang dapat rusak, seperti segala makhluk hidup, tanam-tanaman dan hewan, atau pakaian-pakaian mahal, semua itu dapat rusak. Halilintar, api dan banjir dapat memusnahkan rumah; para pencuri, hama, musim kemarau, hewan pengerat dan serangga dapat merusakkan ladang-ladang; penyakit menular, demam, cacat, wabah dapat membinasakan ternak; ngengat dan tikus dapat merusakkan kain-kain mahal dan perabotan mahal; oksidasi dapat mengkaratkan vas, kandelar dan gerbang-berbang artistik; semuanya rentan terhadap kerusakan.
Akan tetapi jika kalian mengubah kekayaan duniawi menjadi kebaikan rohani, maka kekayaan itu akan menjadi bebas dari segala kerusakan oleh waktu, manusia dan bencana. Timbunlah hartamu di Surga, di mana para pencuri tak dapat membongkarnya, dan di mana tak ada bencana terjadi. Bekerjalah dengan cinta belas-kasihan untuk segala kemalangan dunia. Kamu dapat membelai uangmu dan menciumnya jika kamu kehendaki, kamu dapat bersukacita atas panen berlimpah, atas kebun-kebun anggur yang sarat dengan buah, atas pohon-pohon zaitun yang tak terhitung banyaknya yang merunduk dahan-dahannya dengan buah-buah zaitun, dan atas kawanan domba dengan puting-puting susu yang bernas. Kamu dapat bersukacita atas semua itu, tapi tidak dengan suatu cara yang mandul atau cara manusia. Bersukacitalah dengan kasih dan kekaguman, dengan sukacita dan pengharapan rohani.
'Terima kasih, Allah-ku, atas uang ini, atas panenan, tanam-tanaman, kawanan domba ini dan atas usaha ini! Terima kasih, domba-domba, tanam-tanaman, padang-padang rumput, usaha, yang melayani aku dengan sangat baik. Semoga kalian semua diberkati, sebab melalui kebaikan-Mu, ya Bapa Yang Kekal, dan melalui kalian, wahai semua milikku, aku dapat melakukan sangat banyak kebaikan kepada mereka yang lapar, atau telanjang, tanpa rumah, sakit, sebatang kara… Tahun lalu aku melakukannya untuk sepuluh orang. Tahun ini, sebab aku punya lebih banyak uang - meski aku memberikan banyak juga sebagai amal kasih - dan panenan lebih berlimpah dan kawanan lebih besar jumlahnya - aku akan memberi dua kali, tiga kali lipat dari tahun kemarin. Sehingga semua orang, juga mereka yang dari diri mereka sendiri tidak memiliki kekayaan, dapat ikut ambil bagian dalam sukacitaku dan bersamaku memberkati Allah Yang Kekal.' Inilah doa seorang benar. Doa yang digabungkan dengan perbuatan-perbuatanmu, mentransfer kekayaanmu ke Surga, dan bukan hanya memeliharanya abadi untukmu, melainkan kamu akan mendapatinya bertambah oleh buah kudus dari kasih.
Timbunlah hartamu di Surga supaya hatimu juga ada di sana, di atas dan melampaui resiko di mana bukan hanya emasmu, rumahmu, ladangmu dan kawanan ternakmu dapat menderita kerusakan, melainkan hatimu sendiri dapat diserang dan dirampok, berkarat, terbakar dan dibunuh oleh roh dunia. Jika kamu melakukan itu, kamu akan memiliki hartamu dalam hatimu sebab kamu akan memiliki Allah dalam dirimu hingga hari terberkati ketika kamu akan ada dalam Dia.
sumber: http://www.indocell.net/yesaya/